Saturday, April 24, 2010

Bukan Ubun dan Bukan Kaki, Tapi Rusuk Kiri …

“Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskan, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kebaikan kepada para wanita” (Al Bukhari, dari Abu Hurairah)

“Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskan, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kebaikan kepada para wanita” (Al Bukhari, dari Abu Hurairah)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orangorang yang beriman dan beramal shalih. Dan mereka yang saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran.” (Al ‘Ashr 1-3)

Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja
Tak juga dari tulang kaki
Karena nista menjadikannya diinjak dan diperbudak
Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke hati untuk dicintai
Dekat ke tangan untuk dilindungi

“Kaum laki-laki adalah qawwam atas kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dank arena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah menjaga mereka…(An Nisa’:34)

“Dan janganlah kalian merasa iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. Bagi para laki-laki terdapat bahagian dari apa yang mereka kerjakan, dan bagi para wanita pun terdapat bahagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(An Nisa’:32)

“Barangsiapa mengerjakan amal keshalihan, baik ia laki-laki atapun perempuan, sedang ia seorang yang beriman, maka sungguh akan Kami berikan padanya kehidupan yang baik, dan sungguh akan Kami berikan padanya balasan yang jauh lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” (An Nahl 97)

Subhanallah. Allah memberikan bekalan-bekalan yang istimewa bagi masing-masing laki-laki dan perempuan untuk mendukung tugas mulianya masing-masing.

Dalam salah satu bukunya Salim A. Fillah disebutkan bahwa secara kuantitas, laki-laki dikaruniai Allah sifat khusus yang dominan seperti keras dan kuat, lambat bereaksi, lambat bereaksi, lambat merespon, dan banyak berpikir serta menggunakan akal sebelum bertindak. Mengapa? Karena tugasnya tidak jauh dari fungsi bekalan yang diberikan Allah. Ia harus kuat karena harus menjaga. Ia harus mendayagunakan kuantitas akalnya sebanyak-banyaknya sebelum bertindak, karena sekali bertindak, dampaknya akan luas. Sedangkan wanita, dibekali Allah dengan kelembutan, sifat penyayang dan kepekaan yang tinggi. Hal itu terkait dengan tugas mulianya sebagai seorang ibu. Karena itu bisanya wanita lebih cepat tanggap dan merespon jika terjadi sesuatu. Misalnya aja jika seorang anak tiba-tiba sakit, bagaimana reaksi ayah dan ibunya? Apa yang pertama-tama mereka lakukan? Bayangkan sendiri saja yach…

Jadi ingat keluhan ikhwan-akhwat terkait dengan hal ini, ada yang saling nggak mau ngalah Suatu waktu seorang ikhwan protes,” kenapa sih akhwat itu sering terburu-buru, maunya cepet bergerak, cepet kelar, pokoknya serba cepet, padahal ikhwannya kan harus mempertimbangkan setiap langkah, jadi dipikirkan masak-masak”. Di lain tempat dan waktu, beberapa akhwat pun mengeluhkan para ikhwan; “kenapa sih kebanyakan ikhwan itu kurang peka, kurang tanggap, susah diajak gerak cepet, lembat bereaksi, padahal jika suatuu masalah gak cepet diselesaikan bisa numpuk-numpuk tuh”

Nach, dari paparan sebelumnya, sekarang sudah tahu kan jawabnya? Jadi, sebaiknya jangan saling menyalahkan, jika ada masalah sebaiknya segera dikomunikasikan, jangan cuma mengeluh di belakang saja. Jadi, ikhwan yang cencerung mengedepankan akal dan pertimbangan hingga kurang tanggap dibandingkan akhwat hal itu wajar, asalkan nggak keterlaluan ya.. maksudnya jangan gak peka sama sekali atau luambat banget, hingga semua amanah dikerjakan sendiri oleh para akhwat. Dan buat para akhwat juga jangan asal bertindak dan selalu mengedepankan emosi, perlu dipikirkan dulu dan jangan tergesa-gesa. Dengan sifat-sifat yang berbeda-beda yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan itu, makanya seorang muslim menjadi penolong atau pengokoh bagi muslim yang lain. Misalnya, jika terjadi suatu masalah dan akhwatnya lebih dulu tanggap,maka tidak ada salahnya jika para akhwat menegur atau mengajak para ikhwan untuk meresponnya, trus dimusyawarahkan dan dipikirkan bersama-sama.

Jangan sampai masalah-masalah internal seperti ini merusak amal jamai kita.

'Yuni' Hikaru Sholeha

Ukhuwah Atas Nama Allah

Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh. Jika satu disakiti, maka yang lain juga akan menderita. Tapi ukhuwah yang benar hanya atas nama Allah SWT

Hidayatullah.com--Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh, kata Nabi. Itulah ukhuwah atau persaudaraan. Ukhuwah islamiyah atau persaudaran Islam adalah sendi pokok untuk membangun tatanan masyarakat Muslim yang kokoh. Tatanan masyarakat Islam yang kokoh merupakan cita-cita kita semua dimana Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin akan benar- benar terwujud.

Memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan ukhuwah. Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam. Di bawah ini adalah anjuran ukhuwah menurut Islam.

Lillahi Ta’ala

Semangat ukhuwah di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, ”Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (HR Muslim)

Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, ”Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka.” Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR Nasa’i dari Abu Hurairah Radiallahu ‘anhu)

Tidak Saling Menzhalimi

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”

Ibarat Satu Tubuh

Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)

“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)

Merasakan Lezatnya Iman

“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (HR Ahmad)

Mengenal Baik Sahabatnya

“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (HR Tirmidzi). [www.hidayatullah.com]

'Yuni' Hikaru Sholeha